MAKNA HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN SEBAGAI HARI KEMENANGAN DHARMA
MAKNA HARI RAYA
GALUNGAN DAN KUNINGAN
SEBAGAI HARI KEMENANGAN Dharma.
PENDAHULUAN
Hari raya bila dimaknai dalam kehidupan yang nyata adalah suatu hari dimana kehidupan seseorang raya atau berkelimpahan rahmat Tuhan, berkelimpahan harta, berpengetahuan, trampil , sehat fisik dan apa yang diinginkannya mudah dicapai. Hidup yang berkelimapah itulah sesungguhnya hari-hari yang sungguh raya.
Hidup yang raya atau berkelipahan rahmat Tuhan atau orang-orang yang berkelimpahan harta, murah rejeki, cerdas dan berpengetahuan sesungguhnya merekalah orang-orang yang meraih kemenangan secara nyata.
Dimanapun orang-orang yang berkelimpahan harta , cerdas dan berpengetahuan dalam status sosial kemasyarakatan posisinya akan selalu diatas, Mereka akan berpeluang jadi bos, majikan. Bila seseorang menjadi bos, majikan, pejabat maka mereka akan berada pada posisi yang menang dibandingkan dengan orang-orang yang berperan jadikuli, petani atau buruh.Menjadi buruh atau kuli akan selalu dalam posisi dalam perintah majikan atau bos.
Orang-orang yang terlahir berkelimpahan menurut ajaran agama adalah orang-orang yang banyak tabungan karma baik. Mereka terdahulunya rajin beragama dan tentunya mereka banyak bersedekah atau berpegang pada Dharma(agama).
Adanya perayaan hari raya galungan dan kuningan sebagai hari raya kemenangan sesungguhnya acara keagamaan tersebut untuk mengingatkan kepada umat(Hindu) bahwa hidup dijalan dharmalah yang memungkinkan seseorang kelak bisa meraih kemenagan yang nyata didalam hidup. Hidup berpegang pada dharma agamalah yang kelak dapatmembuat hidup benar-benar raya.
Lahir jadi orang kaya, orang sukses, hidup berkelimpahan , cerdas, kuat, terampil dan jadi berkuasa semua itu dilandasi darma semata. Karena itu bagi orang yang ingin meraih kemenangan dalam hidup itu pentingnya dharma diterapkan dalam hidup sehari-hari. Terutama dharma agama merupakaan penopang dharma dalam tingkah laku sehari- sehari.
Rajin sembahyang, ingat Tuhan, melakukan puasa dan suka beramal atau beryajna itu merupakan wujud dharma agama yang wajib dilakukan agar suatu saat bisa meraih kemenanga atau sukses dalam hidup.
Kalau hidup sudah berkelimpahan atau sudah meraih posisi menang bila mengabaikan dharma agama maka kelak dikemudian hari seseorang bisa berada dalam posisi terkalahkan. Dalam kelahiran berikutnya mungkin terlahir jadi orang kurang, cerdas, jadikuli atau jadi buruh sehingga hidup dalam posisi dibawah perintah saja. Hidup dibawah perintah adalah hidup yang ada dalam posisi terkalahkan.
GALUNGAN SEBAGAI HARI KEMENANGAN
Pada hari penyekeban iaitu dihari minggu disebutkan ada tiga nama kala yang menggoda manusia . Ketiga kala itu adalah kala Galungan, kala dungulan dan kala amangkurat. Dari ketiga kala tersebut hari raya galungan tersebut berasal dari kala galungan. Kala menunjukkan kekuatan alam semesta yang menguasai seluruhmanusia dibumi.
Dalam hal ini adanya bantuan sang kala galunganlah yang membuat seseorang bisa meraih kemenangan dalam hidup. Kala galungan dalam weda adalah guna satwam itu sendiri. Kala dungulannya sifat rajas dan kala amangkurat adalah sifat tamas.
Adanya sifat satwam atau kala galungan dalam mental dengan jumlah lebih banyak dibanding sifat rajas dan tamas yang memungkinkan dharma dalam perilaku menang mengalahkan sifat-sifat adharma.
. Sifat satwam atau guna satwam adalah sebuah sifat yang tersusun dari sifat-sifat suci, sifat kebaikan, sifat kejujuran dan sifat yang membuat manusia mau menjalankan ajaran agama.. Sifat sattwam juga merupakan sifat alam yang memberi kekuatan, kecerdasan dan membuat seseorang jadi terampil dan berpengetahuan.
Karena sifat satwam merupakan sifat yang memberi kekuatan, kecerdasan dan pengetahuan maka kekuatan itu berpeluang memberi seseorang kemenangan dalam hidup. Sifat satwam itu yang memungkinkan seseorang berpeluang menjadi seorang bintang..
Menerapkan dharma agama dalam hidup sehari-hari merupakan sebuah upaya untuk menambah jumlah guna satwam dimental agar kelak seseorang berpeluang jadi Bintang yang membawa mereka pada kemenangan yang nyata dalam hidup.
Kemenangan yang sejati dalam hidup yang melampaui kemenangan secara duniawi adalah kemenangan dalam prilaku yang berlandaskan dharma. Agar mampu berprilaku dalam dharma itu pentingnya dharma agama diterapkan untuk meningkatkan jumlah sifat satwam dalam batin.
Jadi dihubungkan dengan triguna hari raya galungan sebagai hari kemenagan itu menunjukkan adanya sifat satwam yang dominan pada seseorang yang dapat membawa kemenangan. Galungan itu adalah sifat satwam.
Hari raya KuNINGAN simbol kecemerlangan.
Galungan sebagai wujud sifat satwam maka kuningan merupakan simbol kecemerlangan sinar suci Tuhan bagaikan warna emas yang kuning. Adanya sifat satwam yang banyak membuat membuat hidup cemerlang diterangi oleh pancaran sinar suci Tuhan. Hal ini disebutkan oleh sloka berikkut:
Dari sini, sifat sattwa memancar karena kesuciannya, tanpa mengenal penderitaan, dengan belenggu kebahagiaan, dan ilmu pengetahuan, wahai yang tanpa dosa,ArjunaBhagawadgita XIV-6)
Telah jelas menurut sloka diatas dimana dari sifat satwam yang suci membuat sinar suci Tuhan memancar membuat pikiran cemerlang dan nasib seseorang bisa jadi gemilang. Jadi hari raya galungan dan kuningan itu menunjukkan kesatuan antara sifat satwam dengan pancaran sinar suci Tuhan. Dimana ada sifat satwam disana sinar suci Tuhan terpancar.
Menurut sloka diatas juga disebutkan bila sifat satwam banyak membuat manusia jauh dari penderitaan. Karena itu agar terbebas dari penderitaan sekiranya perlu diupayakan suatu aktivitas yang dapat meningkatkan guna satwam. Setelah guna satwam meningkat maka kehidupan sesorang dipenuhi dengan kebahagiaan dan tentunya mereka jadi terampil dan memiliki pengetahuan..
Orang-orang barat, orang jepang yang mayoritas cerdas dan berpengetahuan merupakan orang-orang yang terlahir berbekal guna satwam yang lebih banyak. Mereka yang memiliki sifat satwam yang banyak dilahirkan dinegara-negara yang penduduknya kebanyakan cerdas.
Sementara orang-orang yang terlahir dimentalnya penuh sifat tamas maka mereka dilahirkan di sebuah negeri yang masyarakatnya kebayakan kurang cerdas dan kurang terampil. Alam yang telah mengatur sedemikian rupa..
Karena itu agar hidup cemerlang bagai buah menguning tidak kegelapan penting sekali menambah sifat satwam dimental. Menerapkan dharma agama iaitu ingat sembahyang, ingat mantra berulang-ulang(japa), baca kitab suci, suka puasa,suka beramal , suka bergotong royong atau jadi relawan merupakan proses untuk meningkatkan guna satwam dalam mental.. Hanya mementingkan pribadi saja dan golongan atau pemuasan nafsu itu hanya mengumpulkan sifat tamas belaka.
Sifat tamas membuat hidup jadi kegelapan, kebingungan , cepat loyo tak bertenaga dan umur jadi pendek-pendek. Sifat tamas membuat tidak adanya pancaran sinar suci yang cemerlang. Karena itu agar tidak kegelapan, tidak kebingungan manusia harus rajin sembahyang dan rajin kegiatan sosial dan kegiatan lainnya yang dapat membuat guna satwam bertambah.
UPAYA-UPAYA UNTUK MENINGKATKAN GUNA SATWAM.
Guna satwam dalam mental tidak datang dengan sendirinya. Hal ini sama dengan banyaknya tabungan dibank tidak datang begitu saja melainkan seseorang harus menabung.. Begitu juga sifat satwam tidak didapat begitu saja . banyaknya sifat satwam yang bisa membawa kemenangan ituperlu upaya.. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh seseorang agar sifat satwam meningkat adalah dengan menarapkan makna-makna hari berikut :
1. SUGIAN
2. MELAKUKAN penyekeban
3. Penyajahan
4. Penampahan
5. Mendirikan penjor....
6. Pemacekan.
I. SUGIAN
Sugian bermakna kesugian atau kekayaan.. Sugian ada dua jenis iaitu sugian bali dan sugian jawa. Sugian bali menunjukkan kekayaan berupa harta benda termasuk uang dan sugian jawa menunjukkan kekayaan berupa pengetahuan..
Kekayaan berupa harta benda agar kekayaan itu bisa meningkatkan guna satwam sekiranya sebagian dari kekayaan itu digunakan untuk kepentingan agama atau jalankan perintah agama seperti bersedekah untuk kepentingan agama, kepentingan kemanusiaan dan kepentingan agama serta termasuk untuk memperbanyak kitab suci.
Selain bermodal kekayaan berupa harta benda sekiranya kekayan berupa pengetahuan agama itu yang memegang peranan utama untuk meningkatkan guna satwam dimental. Melalui pengetahuan disana didapat petunjuk-petunjuk yang memungkinkan diperoleh pahala berupa sifat satwam yang banyak..
Jadi demi meningkatnya guna satwam kekayaan itu penting sehingga kelak bisameraih kemenangan. Sama halnya didunia ini orang yang berharap menang dalam pemilu juga butuh modal..kalau tidak adamodal tidak akan meraih kemenangan. Singkat cerita agar bisa meraih kemenangan sekiranya penting kumpulkan pahala yang banyak.
Tak punya materi orang masih bisa menggunakan tenaganya tuk melakukan amal kebajikan dan juga sifat-sifat yang baik atau dharma sebagaidasar untuk berbuat.
2. Melakukan penyekeban.
Melakukan penyekeban bermakna melakukan tapabrata atau berpuasa. Melakukan puasa sebaiknya sebaiknya dilakukan diam dikamar atau lebih banyak menyepinya.. seperti buah-buhan yang mentah disekap akan cepat matangnya. Sekiranya Puasa itu berguna untuk mematangkan mental dan akal budi. Setelahmatang maka akal budi itu akan jadi berguna bagai buah matang yang bisa dinikmati.
Akal yang matang merupakan wujud dari sifat satwam. Jadi puasa yang dapat mematangkan akal budi merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan sifat satwam dimental. Akal cerdas, terampil mengeluarkan keahlian atau kepintaran itu merupakan wujud dari akal yang matang atau satwam.
Sifat satwam dalam mental juga ditunjukkan oleh sikap yang manis , lembut bagai buah yang matang. Sementara buah yang mentah yang keras dan omongan sepat-sepat itu menujukkan adanya sifat rajas dan tamas.
Jadi bagi siapapun yang ingin mematangkan mental atau menambah guna satwam mereka harus rajin berpuasa dan menutup diri dari pergaulan pada saat-saat puasa. Setelah puasa bolehlah bergaullagi dengan sesama.
Puasa dilakukan kapan saja atau dihari-hari suci tertentu. Intinya niat puasa adalah demi matangnyamental. Merasa mental tidak matang tidakada kecerdasan dan keterampilan bolehlah puasanya sering dilakukan misal sebulan dua kali atau lebih.
Lamanya puasa yang baik waktunya sama seperti menyekap buah..Kalau tidak kuat puasa penuh bisa pagi makan dan sorenya buka. Ingat dalam puasa godaan kerja dan lapar akan mengganggu dan godaan sukses akan menggoda.
Godaan-godaan macam itulah yang digambarkan oleh turunnya sangkala tiga menggoda dihari penyekeban.
3. Hari penyajaan.
Hari penyajaan bermakna hidup dalam kondisi dijajah orang. Dalam hal ini perpegang pada ajaran agama atau menerapkan ajaran agama dalam hidup sehari-hari maka hidup seseorang bagai terjajah. Dihina mengalah, diperlakukan tidak adil juga mengalah, dimaki juga mengalah, dibentak juga mengalah sehingga hidup yang berpegang pada dharma dimasyarakat akan kelihatan bagai orang yang terjajah..
Hinaan, makian, disepelekan dan diperlakukan semena-mena itu merupakan ujian dalam menjalankan ajaran agama.. dari ujian hidup seperti itu bila lulus akan berpahala dan pahalanya itu membuat guna satwam semakin bertambah.
4. Hari penampahan.
Penampahan artinya pemotongan. Secara tradisioal masyarakat subuh-subuh memotong babi dihari penampahan yang namtinya dipakai sarana upacara dan tentunya dinikmati. Maknanya untuk meningkatkan guna satwam bangun pagi-pagi seseorang harus melakukan japa mantra sebanyak mungkin untuk memotong sifat tamas Serta mematangkannya dalam api rohani.
Sifat tamas dipotong agar tabungan sifat satwam bisa digunakan. Kecerdasan, kesemangatan, keterampilan itulah isi dari sifat satwam tersebut. Sifat itu akan keluar dari diri sendiri bila sifat tamas dipotong dengan berjapamantra dan meditasi.
Celeng menunjukkan celeng-celengan dari sifat satwam berupa kecerdasan, keterampilan, pengetahuan, tenaga sehat dan sifat-sifat baik. Celeng-celengan seperti itu dibungkus oleh sifat tamas dalam diri. Agar celeng-celengan itu berguna seperti daging babi yang bisa dimakan maka sifat tamas harus dipotong dengan japamantra dikala subuh..
Kalau tidak melakukan japa mantra maka celeng-celengan kebaikannya bagai babi masih dikandangi.. keterampilan dan keahliannya juga ada kemungkinan dikandangi oleh sifat tamas.. Karena itu demi hidup jadi berguna sekiranya dipagi hari korbankan waktunya sejenak untuk berjapamantratuj memotong sifat tamas agar nantinya hidup jadi lebih berguna..
Sifat malas, cuek akan lenyap bila bangun pagi dipaksakan berjapamantra terlebih dahulu. Bila sifat malas , cuek, bodoh sudah dipotong maka ada kemungkinan hidup bisameraih kemenangan.
5.Mendirikan penjor disore hari.
Mendirikan penjor disore hari itu simbol demi meningkatnya guna satwam seseorang hendaknya disore hari harusmendirikan imannya iaitu membawapikirannya ketUhan. Melakukan Sembahyang, berjapamantra dan meditasi itu yang namanya mendirikan iman.
Bambu yang berbuku-buku yang dipakai bahan membuat penjor itu simbol buku-buku suci yang dipakai penopang keyakinan pada Tuhan.. Saat malam hari sehabis sembahyang, berjapamantra dan meditasi isilah waktu sejenak untuk membaca buku-buku suci..
Sembahyang, berjapamantra, meditasi dan membaca buku suci merupakan sebuah upaya yang dapat membuat guna satwam meningkat. Luangkan waktu sejenak tuk baca buku suci agar sifat satwam makin bertambah..
Kegiatan duniawi itu meningkatkan sifat tamas dipikiran. Sifat tamas itu masuk dipikiran lewat memori duniawi yang menempel dipikiran bawah sadar. Tebalnya memori duniawi dipikiran itu membuat guna tamas semakin kuat.
Kuatnya sifat tamas itu membuat kebingungan , kegelapan dan stress. Masyarakat yang melulu kerja semata yang tidak suja membaca buku suci dihari tuanya mereka kebanyakan kegelapan dan kebingungan..
Karena itu membaca buku-buku suci akan menambah memori suci dipikiran tuk membilas memori duniawi agar kondisi pikiran jadi putih atau terang. Dalam hal ini memori duniawi menggelapkan atau membuat pikiran jadi berwarna hitam dan memori dari membaca buku membuat terang atau membuat pikiran jadi berwarna putih.
Karena itu setelah mengetahui gunanya membaca buku suci untuk memutihkan pikiran, sekiranya dibalik kesibukannya luangkan waktu membaca buku-buku suci macam manapun. Pikiran putih itulah wujud dari sifat satwam dalam pikiran. jadi sembahyang, ingat Tuhan, meditasi murni dan membaca buku suci itu berfungsi untuk menambah guna satwam. Banyaknya guna satwam itulah yang mengantarkan seseorang meraih kemenangan.. bisa jadi seorang bintang atau jadi pribadi yang cemerlang.
7. Pemacekan Agung,
Pemacekan merupakan simbol pikiran yang tertancap dengan kuat pada Atma pada saat meditasi. Pikiran itu bagaikan besipaku dan Atma itu bagaika sebuah kayu tempat kayu tertancap kuat. Banyaknya guna satwam dipikiran yang memungkinkan pikiran seseorang bisa tertancap pada Atma yang ada dihatinya melalui meditasi.
Tertancapnya pikiran pada Atma itulah wujud kemenangan yang sejati dari godaan sang kala galungan, kala dungulan dan kala amangkurat.
Pemacekan agung bermakna Pikiran kuat tertancap pada Atma dalam meditasi itu yang membuat seseorang bisa jadi anak agung. Sifat keagungan Atma yang suci memancar pada pikiran yang telah menembus Atma sehingga seseorang yang pikirannya menembus Atma bisa jadi pribadi yang agung...
Kecemerlangan cahaya Atma yang memancar melalui pikiran yang tertancap pada Atma itulah wujud dari hari raya kuningan yang sebenarnya..
MAYA DANAWA dan SANGKUL PUTIH
Hari raya galungan sebagai hari kemenangan itu dilandasi cerita perjuangan seorang penegak dharma yang bernama sangkul putih yang melawa raja maya danawa. Raja maya danawa konon diceritakan tak percaya Tuhan dn karena sakti mereka melarang orang memuja Tuhan dan dirinya minta disembah.Singgkat cerita sangkul putih berhasil mengalahkan maya danawa.
Mayadanawa dari segi kata ia terdiri dari kata maya dan kata danawa. Maya berarti ilusi dan dialam semesta ini triguna yang terdiri dari satwam rajas dan tamas merupakan kekuatan ilusi atau bayangan yang menutupi keberadaan Tuhan.
Kekuatan itu yang membuat manusia tidak yakin pada Tuhan.. terutama sifat rajas dan tamas merupakan penghalang besar bagi seseorang untuk mentaati ajaran agama. Sifat rajas mendorong manusia tuk bekerja atau menuruti ambisi duniawi.. Sifat tamas melarang manusia kejalan suci seperti malas sembahyang, mata ngantuk, bingung dan bodoh..
Jadi gabungan sifat rajas dan tamas yang kuat akan membuat manusia takpercaya tuhan, tak suka sembahyang, tak suka baca kitab suci dan tidak suka melihat dan mendengarkan ceramah orang suci. Sifat rajas dan tamas itulah yang melarang manusia dijalan agama..
Danawa sendiri artinya raksasa.. hidup dalam kuasa sifat rajas dan tamas sebagai kekuatan maya itu yang membuat manusia dipenuhi sifat-sifat danawa . Sifat-sifat danawa atau sifat rajsasa dalam diri disebutkan oleh sloka berikut:
“ berpura-pura, angkuh, membanggakan diri, marah, kasar, bodoh , semuanya itu adalah keadaan mereka yang dilahirkan dengan sifat-sifat raksasa, wahai partha(Bhagawadgita XVI-4).
Dalam kuasa sifat rajas dan tamas kebanyakan manusia akan memiliki sifat-sifat raksasa seperti diatas. Sifat raksasa yang pertama dimulai dari sikap berpura-pura seperti berpura-pura sabar, pura-pura lugu, pura-pura beragama, pura-pura merendah tapi aslinya angkuh, membanggakan diri, marah, kasar dan bodoh dalam pengetahuan agama.
Sifat itu danawa seperti diatas tumbuh subur dalam diri manusia jika manusia dikendalikan oleh sifat rajas dan tamas yang haya mendorong manusia rajin bekerja dan menikmati kesengan duniawi. Sifat danawa itu ada pada semua orang.
Seorang sangkul putih adalah orang yang menyadari adanya sifat danawa itu datang karena belenggu sifat rajas dan tamas yang kuat . seorang sangkul putih lalu berjuang melawan sifat rajas dan tamas dengan cara rajin menerapkan dharma agama seperti rjin sembahyang, rajin berjapa mantra,, rajin berpuasa, rajin membaca buku guru-guru suci, suka melakukan amal da berbagai kegiatan suci lainnya.
Karena rajin menerapkan dharma agama membuat guna satwam jadi lebih banyak dimentalnya. Banyaknya sifat satwam dimental membuat seseorang menang dalam perilaku yang berlandaskan Dharma dalam hidup sehari-hari. Seiring dengan bertambahnya guna satwam membuat kecerdasan meningkat sehingga dengan bermodal kecerdasan tentu seseorang bisa meraih kemenangan dihadapan orang-orang yang kurang cerdas.
Hidup menang dijalan dharma maka akan berpeluang dalammemenagkan rahmat Tuhan.. Rahmat Tuhan itu yang mengantarkan seseorang jadi pribadi yang raya atau hidup berkelimpahan karunia.
Jadi dari segi filsafat agama Mayadanawa dan sangkul putih ada dalam diri manusia. Maya danawa adalah sebuah kekuatan yang membuat manusia tak ingat sembahyang dan sangkul putih merupakan sebuah sifat yang teguh menjalankan dharma agama dalam keseharian..
Bila manusia tak ingat sembahyang atau tak menjalankan dharma agama manusia berubah jadi mayadanawa dan bila ingat dharma agama maka manusia menjadi sosok sangkul putih yang berjuang menegakkan dharma agama...
Seseorang Mau jadi mayadawa dengan sifat seperti disebutkan oleh sloka diatas atau jadi sangkul putih itu semua berpulang pada diri sendiri masing-masing.. Menjadi mayadaawa membuat seseorang menang dalam kecurangan dan pura-pura. Menjadi sangkul putih membuat seseorang bisa menang karena terampil dan berpengetahuan..
Dalam kehidupan nyata sifat-sifat danawa akan menguasaimental dan membuat manusia beragama dengan cara bodoh.. Beragama banyak acara besar biaya tapi tak tahu makna. Dengan sifat danawa yang kental bermodal kekuatan masa, berani melarang orang-orang yang mau beragama mengikuti anjuran seorang guru dan berharap agar tetap mengikuti keyakinan yang sudah ada yang mana maknanya tak ditahu.
Begitulah sifat mayadanaw dalam hidup.. seorang sangkul putih dimasyarakat akan berhadapan dengan sifat mayadanawa dalam diri dan berhadapan dengan pribadi mayadanawa diluar dirinya. Seorang yang menjadi sangkul putih harus teguh iman agar bisa mengalahkan mayadanawa dalam diriyang utama..
Senjata sangkul putih yang sejati hanyalah iman . iman itu ingat mantra. Sangkul putih itu sang kaule saneputih yang artinya seorang hamba Tuhan yang suci.. seorang hamba Tuhan yang suci adalah memuja Tuhan dan jadi pelayan Tuhan demi meningkatnya sifat satwam dan semata-mata demi perilaku tetap berlandaskan dharma.
Komentar
Posting Komentar