MEDITASI DEWA SIWA, AJARAN KEROHANIAN MODERN

PENDAHULUAN Dewa Siwa merupakan salah satu sosok dewa trimurti Hindu yang selalu dilukiskan sebagai sosok dewa yang selalu asyik duduk bermeditasi. Gunung Kailasa merupakan nama gunung tempat beliau melakukan meditasi. Sambil meditasi tasbih ditangannya selalu tak terlupakan. Rambutnya digulung mengerucut dengan rapi dan sebagian yang bagian bawah dibiarkan terurai panjang. Rambutnya dibiarkan panjang terurai mengingat ditengah hutan tidak ada salon atau tukang cukur. Berbeda dengan sang Budha yang melakukan meditasi ditengah kota atau dikeramaian bersama siswanya ada aturan menggunduli rambut. Dengan menggunduli rambut jadinya secara sah diketahui secara formal sebagai penekun spiritual. Karena meditasi di tengah hutan atau digunung-gunung tentu aturan formal tidak dibutuhkan dihutan. Dewa siwa membiarkan begitu saja rambutnya panjang terurai toh yang melihatnya Cuma bangsa kera dan binatang lainnya. Kemudian dari atas rambut dewa Siwa yang digulung dilukiskan ada air mancur keluar sedemikan rupa. Air itu merupakan aliran air sungai gangga yang konon turun dari surga. Air suci yang kramat hanya dewa siwa saja yang sanggup menyangganya. Saat meditasi kedua mata dewa tampak seolah-olah terpejam. Orang mungkin tertipu bahwa beliau tak melihat disekelilingnya saat mata beliu terpejam. Tetapi tidak demikian sebab ada mata ketiga disela alis yang akan mengawasinya. Ular kobra merupakan sahabat setia dewa siwa yang selalu setia mendapinginya yang membuatnya nyaman bermeditasi.. Maklum hidup ditengah hutan harus bisa bersahabat dengan binatang buas. Senjata tombak trisula iaitu tombak dengan tiga mata pisau selalu siaga menemani dewa siwa tatkala bermeditasi. Tombak selalu siaga mengingat ditengah hutan banyak ada binatang buasnya yang tak sudi bersahaja Harimau yang ganas mau tak mau ditancap dengan tombak trisulanya. Kemudian dikuliti lalu kulitnya dijadikan pakaian oleh dewa siwa. Itulah busana dari dewa siwa yang suka meditasi ditengah hutan belantara. Terus melulu meditasi tentu adakalanya dewa siwa ingin menghibur diri lewat bernyanyi. Gendang damaru merupakan salah satu alat musik yang paling disukai tuk mengiringi nyanyiannya.. Saat malam hari cahaya bulan tidak begitu terlihat sepenuhnya oleh dewa siwa saat meditasi. Sebab matanya setengah terpejam sehingga cahaya bulan nampak bersinar seperti bulan sabit. Ditengah hutan belantara tentu banyak binatang berbisa yang menyengatnya. Racun dari binatang berbisa seperti bisa kalajengking dan bisa ular kobra semuanya ditelan. Akibat menelan racun yang disebut hala-hala tubuhya keseluruhan menjadi biru.. Meditasi memang merupakan pekerjaan yang hanya duduk saja. Tetapi walau duduk juga bisa menyebabkan haus. Karena itu dewa siwa selalu membawa kendi yang berisi air suci tirta sanjiwani. Air suci tirte sanjiwani selalu diteguknya tuk hilangkan rasa hausnya. Satu lagi lambang yang melengkapi kepribadian dewa siwa adalah linggam yang bentuknya terdiri dari batu bulat yang disangga oleh Yoni. Lingganya yang bulat itu mungkin digunakan untuk mengulik param diatas yoni. Param itu digunakan sebagai penghangat tubuhnya agar tidak keram sehabis meditasi. Begitulah penggambaran sosok dewa Siwa dan astributnya dalam ajaran hindu. Tetapi siapakah aslinya dewa Siwa tersebut? Apakah gambarannya sudah sesuai dengan aslinya? Hal ini mungkin susah terjawab karena kisah dewa Siwa sudah ada jauh sebelum jaman modern. Karena begitu lama tentu sulitlah manusia sekarang mengenal sesuatu yang ada dimasa lalu. Tetapi ada hal yang perlu diketahui bersama dan perlu dipertanyakan bagaimakah aslinya ajaran meditasi dewa siwa tersebut? Hal inilah yang perlu diketahui agar bermanfaat bagi orang banyak; dan sudah pasti demi kebangkitan para pengikut siwa dimuka bumi. AJARAN KEROHANIAN MODERN Secara umum orang memandang gambar dewa siwa yang demikian tersebut mungkin beranggapan sekiranya begitulah sosok pribadi dewa siwa yang sebenarnya. Karena menganggap rupa dewa siwa demikian maka ada kemungkinan dalam doa umat ada yang berhayal agar kehadiran Dewa siwa dalam wujud seperti itu. . Kalaupun seandainya beliau datang dalam doa gambarannya bisamuncul mungkin dalam sekejap saja. . Bisa juga hadir dalam bayangan saat pikiran lagi tak banyak pikir(bleng). Selebihnya secara nyata mungkin hampir sebagian besar orang tidak pernah menemukan sosok dewa siwa yang dari kepalanya langsung mengeluarkan air mancur. Kalau memang nyata ada manusia dewa yang langsung dari kepalanya kelihatan keluar air tentu akan kelihatan ganjil. Orang yang aneh seperti itu pasti akan segera dikrumuni orang tanpa hentinya. Tetapi dibalik wujud dewa siwa dengan berbagai astributnya tersebut setelah diamati semuanya itu merupakan gambaran, simbolisasi. . Bukan lagi sekedar gambaran, sekiranya Setiap astribut gambar dewa siwa semuanya memiliki nilai filsafat. Pada nilai filsafat dari astributnya tersebut terkandung ajaran meditasi dewa siwa sebagai petunjuk ajaran kerohanian modern yang murni. .Ajaran kerohanian modern yang murni tersebut langsung mengarahkan pikiran manusia agar berpulang pada Roh yang ada dihatinya. Membawa pikiran menuju Roh dihati itu merupakan sebuah usaha untuk memurnikan pikiran dan akal budi. Pikiran yang tercemar oleh dorongan hawa nafsu akan murni kembali bila dibawa pada roh dihati semata.. Perkara membawa pikiran menuju Roh dihati itu bukan perkara enteng. Pikiran manusia yang bersekutu dengan panca Indranya membuat pikiran susah berpulang menuju Roh. Hawa nafsu cenderung mendorong pikiran mengikuti panca indra agar arahnya keduniawi melulu. Lewat ajaran kerohanian murni arah pikiran dibawa balik pulang menuju Roh dihatinya. Begitulah sekilas ajaran kerohanian modern yang murni. Bentuk gambar dewa siwa beserta astributnya menunjukkan sebuah meditasi sebagai kerohanian yang murni. Ajaran siwa yang murni ini pula sebagai ajaran siwa modern yang ilmiah dan bersifat universal. Tentang bagaimana ajaran kerohanian murni tersebut tatacaranya diterangkan oleh nilai astribut-astribut dewa siwa seperti sebagai berikut: 1. ARTI KATA DEWA SIWA. Dewa siwa dari segi kata terdiri dari kata dewa dan kata siwa. Kata dewa berasal dari kata dev yang artinya sinar atau nur . Kata siwa atau siwam dapat diartikan kebajikan. Dari arti kata tersebut nama dewa siwa berarti cahaya kebajikan atau cahaya yang memancarkan sifat-sifat baik. Jadi dari arti nama dewa siwa tersebut, sosok dewa siwa yang berwujud manusia adalah pribadi anak manusia yang suka memancarkan cahaya kebajikan. Mereka tekun meditasi menjalani kerohanian tiada lain agar cahaya Kebajikan memancar. 2. Cahaya melingkari kepala. Gambar cahaya yang melingkari disekitar kepala dewa siwa itu merupakan simbol cahaya rohani yang memancar. Cahaya tersebutlah yang memancarkan sifat-sifat baik atau membawa kebaikan.. Cahaya itu memancar ketika anak manusia kusyuk bermeditasi.. Cahaya itu datang dari roh atau Atma yang ada dihati. 3. DUDUK BERSILA. Dewa siwa selalu dilukiskan duduk bersila. Sikap duduk bersila dalam praktek kerohanian secara umum merupakan sikap utama dalam bermeditasi. Dalam hal ini sikap duduk bermeditasi merupakan cara utama menekuni ajaran kerohanian. Sikap duduk yang tenang, tubuh tegak lurus setegak-tegaknya merupakan syarat utama dalam menekuni dan menemukan alam rohani. Setelah sikap duduk yang tegak tak bergoyang mata perlahan-lahan dipejamkan. Setelah terpejam kemudian pikiran dikontrol dan ikut dibuat tenang setenang mungkin. Tubuh yang tenang dan tegak sangat menentukan tenangnya pikiran. Karena itu dalam meditasi posisi tubuh harus tegak dan tenang terlebih dahulu maka perlahan-lahan pikiran ikut tenang. Bagaikan menenangkan air dalam sebuah wadah maka wadahnya perlu dibuat tenang maka air dalam wadah ikutan jadi tenang. Setelah tenang barulah cahaya kebajikan memancar. Cahaya kebajikan itu datang dari Cahaya Roh atau Atma dihati. Cahaya Atma atau Roh memancar pada pikiran yang tenang. Pada pikiran yang penuh angin ambisi cahaya Roh tak memancar. Cahaya Roh bagaikan api lilin ketiup angin pada orang yang pikirannya goncang. Tidak ada cahaya kebajikan memancar pada pribadi yang pikirannya bergejolak. Melalui duduk meditasi menenangkan pikiran membuat cahaya kebajikan memancar perlahan-lahan. 4. TASBIH ATAU JAPAMALA Dewa siwa dalam bermeditasi tangannya selalu memegang tasbih atau japamala. Hal ini dapat diterangkan dalam menekuni meditasi yang baik adalah tangan selalu memegang tasbih untuk berjapamantra. Berjapamantra atau mengulang-ngulang mantra itu penting dan sebagai langkah awal dari meditasi. Dalam latihan meditasi pikiran tidak serta merta bisa langsung diheningkan. Pikiran itu kocak, liar suka kesana kemari rasanya tak mungkinlah langsung dipaksa agar hening. Semasih pikiran kocak berjapamantra berulang-ulang merupakan cara menjinakkan pikiran. Mantra diucapkan sampai 300x akan membuat pikiran jadi agak jinak. Sesudah itu barulah pikiran dipusatkan disela alis perlahan-lahan.. Setelah terpusat dipertahankan diam maka setelah itu barulah cahaya atma memancar dan dari pancaran cahaya Atma memancar sifat-sifat yang baik.. Kegiatan berjapamantra rutin dilakukan saat pagi dan sore hari maka cahaya kebajikan akan selalu memancar. Cahaya kebajikan itulah yang menuntun sifat-sifat baik dalam perilaku sehari-hari. Jadi dengan adanya tasbih ditangan dewa siwa yang dipakai berjapamantra, sekiranya untuk mengawali latihan meditasi japa mantra itu sebuah keharusan. Japamantra merupakan cara untuk memegang pikiran yang kocak agar tidak sampai kesana kemari berkeliaran. Mantra yang diucapkan berulang-ulang berguna untuk menggiring pikiran menuju Roh. Mantra itu juga berguna untuk memutuskan godaan panca indra yang selalu berusaha menarik pikiran agar jauh dari Roh. Karena itu saat bermeditasi japa mantra atau bersikir harus selalu dilakukan sambil memegang tasbih. 5. Konsentrasi disela Alis. Hakekat praktek kerohanian atau spiritual intinya membuat pikiran terpusat disela alis. Setelah terpusat disela alis pikiran lalu didiamkan atau diheningkan. Proses mendiamkan pikiran dan mengheningkan pikiran inilah ajaran meditasi. Karena itu saat berjapa mantra bila sudah sampai hitungan 300x keatas latihan meditasi harus diupayakan dengan sengaja memusatkan pikiran atau konsentrasinya di sela alis. Dipusatkan disela alis lalu dibuat hening, tidak mikir, tidak ngayal, pokoknya diam, diam, diam. Jika hanya melulu berjapa sebanyak mungkin dan pikiran sekali-kali tidak dipusatkan disela alis untuk hening maka cahaya Roh tentu agak lambat memancar. Japa mantra atau Zikir dalam ajaran Islam merupakan alat bantu dalam meditasi dalam upaya untuk membuat pikiran hening atau diam. Karena itu disaat pikiran kocak penting kiranya japa mantra diperbanyak. Ucapkan mantra sampai 500x saat duduk bermeditasi akan membantu pikiran mudah dipusatkan lalu sampai hening atau diam. 6. NYALA API DIDAHI. Lukisan nyala api didahi dewa siwa itu simbol cahaya Roh atau Cahaya Atma yang menyala membesar. Cahaya Api Atma nampak bila pikiran telah benar-benar diam, hening tak bergerak sama sekali. Adanya gamaran cahaya Api didahi dewa siwa sebagai simbol cahaya Api atma, sekiranya simbol itu memberi petunjuk bahwa tujuan utama dari meditasi adalah menemukan cahaya Api Atma.. Seperti nyala Api membuat suasana gelap jadi terang, sekiranya nyala api Atma itu melenyapkan mental gelap menjadi terang. Dalam ini gambar dewasiwa meditasi dengan nyala api didahinya mengajarkan manusia bermeditasi dengan tujuan Atma semata agar mental jadi terang. Bukan pada yang lainnya. Dalam meditasi siwa pikiran di diheningkan dan saat hening pikiran serta memori dibakar oleh apu rohani. Saat membakar memori dipikiran nyala api Atma membesar bagai api membakar rumput kering atau membakar kayubakar dan kertas. Nyala api atma membesar pikiran dan akal jadi semakin terang. Perasaan juga terasa plong karena sejumlah memori(karmawasaa ludes) terbakar. Pancaran cahaya Atma yang membesar kemudian mengusir kegelapan sehingga gangguan bayangan setan, buta kala menjauh karena silau. Pancaran cahaya Atma itu juga memancarkan energi rohani sehingga tubuh jadi lebih berenergi. Karena berenergi maka rasa loyo jadi berkurang. Satu hal lagi yang didapat dari pancaran cahaya Atma adalah membuat pola pikir jadi luas, wawasan meluas larena pancaran cahaya Atma itu langsung sebagai mata ilmu pengetahuan. Dengan pancaran cahaya Atma membuat seseorang praktisi kerohanian pada akhirnya mereka berpengetahuan. 7. Abu, lukisan abu. Selain adanya nyala api didahi dewa siwa, didahinya juga dilukiskan goresan abu. Lukisan abu itu simbol adanya sisa pembakaran memori yang bagaikan abu kayu bakar setelah dibakar. Seperti bermacam-macam kayu, daun kering dan kertas akan lebur jadi abu bila dibakar. Begitu juga segala memori dipikiran akan ludes terbakar jika pikiran dipusatkan pada Atma saat meditasi. Reaksi dari sifat rajas dan tamas yang melekat pada memori akan lenyap jika pikiran dipusatkan pada Roh. Reaksi sifat tamas seperti perasaan sumpek, bingung, strees, sifat cuek, bodoh atau idiot lenyap bila memori terbakar dalam api jnana/rohani. Reaksi karma buruk yang melekat dimemori dari kelahiran terdahulu juga akan lenyap atau lebur laksana kayu terbakar jadi abu. Dalam hal ini ada pemutihan karma jika segala memori dibakar dalam meditasi.. Seseorangpun bisa menapaki kehidupan dengan kepribadian baru yang disertai pancaran cahaya kebajikan dari Atmanya. . Sementara bagi orang yang tidak membawa pikirannya pada Roh ada kemungkinan memori atau segala kenangan dipikirannya bagai sampah halaman yang berserakan bahkan sampai mengggunung. Sampah-sampah memori yang begitu banyak membuat mental seseorang jadi gelap, kacau dan bingung. Adanya mental heng dan stress itu juga bermula dari pikiran sudah penuh memori.Melalui berjapa atau berzikir dan meditasi mengarahkan pikiran menuju Roh akan membuat segala memori dan kekuatan gelap yang nempel dimemori akan terbakar dan berubah seperti abu. Perasaanpun jadi terasa plong dan terang pikirannya jika telah dibakar dalam api rohani. 8. Bulan Sabit. Bulan merupakan simbol akal budi. Bulan sabit yang terang melambangkan sisi akal yang dipakai tuk mengarahkan pikiran agar tertuju pada alam rohani. Sisi dari bulan yang gelap melambangkan akal yang diarahkan pada urusan duiawi. Para penekun spiritual biasanya dalam urusan duniawi kebanyakan kelamnya. Karena kelam maka sisa –sisa akalnya dipakai menekuni kerohaian melulu. Hari-harinya akalnya hanya lebih diarahkan untuk memfokuskan pikiran pada dunia rohani semata. Lebih fokus menekuni dunia rohani maka akalnya dibidang rohani tajam sekali bagaikan sabit. Alam rohani yang membuat akal semakin tajam seperti arit. Akal yang tajam tersebut membuat seseorang bisa mengalahkan orang lain yang belajar rohani sebagai selingan saja. Akalnya yang cerdas mengalahkan lawan bagai sabit membabat rumput disawah. Jadi bulan sabit simbol kecerdasan yang semata dipakai membidikkan pikiran agar selalu mengarah pada Roh. Akal seperti bulan sabit itu bagaikan keker senapan yang berguna untuk membidikkan peluru agar mengarah pada sasaran. Bulan kepanjangannya budi untuk laksanakan norma. Sabit kepanjangannya “Sadar, bangkit ingat Tuhan.. Sekiranya seorang penekun rohani ia punya akal budi untuk laksanakan norma agama. Mereka sadar gelap dalam urusan duniawi maka mereka bangkit ingat Tuhan... 7.Ular kobra. Dewa siwa selalu dilukiskan berlilitkan ular kobra sehingga dewa siwa terkesan seperti seorang pemain sirkus. Ular kobra dalam tubuh manusia itu simbol dari urat-urat sebagai saluran energi sari-sari makanan. Ular suka berpuasa sebagai simbol dalam menekuni dunia rohani penting juga berpuasa. Puasa itu berfungsi untuk membersihkan urat-urat agar setelah puasa energinya lancar mengalir keseluruh tubuh. Seperti ular sehabis puasa jadi memanjang itu bermakna melalui puasa urat jadi bersih energi lancar mengalir membuat tubuh jadi sehat bertenaga. Karena sehat bertenaga akan membuat jadi lebih panjang umur. Tenaga normat hidup sehat itu membuat hidup jadi berdaya guna yang disimbolkan oleh ular yang memiliki guna-guna. Melalui puasa juga membuat hawa nafsu yang berlebihan dibersihkan sehingga api rohani jadi semakin membesar. Karena itu bila api rohani kurang terang penting kiranya berpuasa. Kata ular kepanjangannya “untuk latihan rohani”. Kata Kobra dipanjangkan menjadi “korban, berhasil. Ular suka berkelongsong dimana kata kelongsong dipanjangkan menjadi “kalau lowong kosongi perut. Dalam hal ini hidup digunakan untuk latihan rohani dengan cara korbankan nafsu, korbankan waktu sejenak untuk japa dan meditasi agar pikirannya berhasil menembus Roh. Ketika ada waktu lowong penting juga kosongi perut berpuasa untuk memungkinkan agar latihannya berhasil. Seperti semburan ular kobra berguna, sekiranya setelah pikiran berhasil dalam latihan rohani maka kata-kata yang keluar dari mulut bisa berguna atau bermanfaat. 9. HARIMAU.. Harimau merupakan simbol karakter manusia yang menekuni ajaran kerohanian murni. Karakter harimau ditunjukkan oleh kepanjangan kata Harimau iaitu “hari-hari mantra ucapkan”. Singa kalau bersuara dibilang Mengaum dengan suara “aaauuummm”. Kata mengaum dipanjangkan menjadi “mengucapkan mantra aum dan auman harimau juga menunjukkan aksara suci AUM yang disengaukan menjadi mantra OM. Dalam hal ini kepribdian anak manusia yang bermeditasi menurut dewa siwa hari-harinya rutin mengucapkan mantra OM atau diawali mantra Om. Kepribadian seorang yang bermeditasi ajaran siwapun mereka bagaikan harimau diantara bangsa binatang. Mereka memiliki karismatik dan suara lain dari yang lainnya. 10. SENJATA TRISULA Dewa Siwa dalam penggambarannya tidak lepas dengan senjata trisulanya. Trisula itu merupakan simbol pikiran dan kecerdasan yang digunakan dalam latihan rohani. Pegangannya simbol pikiran yang selalu berpegang pada mantra, doa dan ajaran-ajaran agama. Ketiga pisaunya simbol pikiran yang digunakan meditasi dengan konsentrasi ditiga lokasi tuk menundukkan tiga sifat alam atau triguna menurut weda. Ketiga titik dalam meditasi itu adalah diawali memandang ujung hidup tuk menundukkan sifat tamas(gelap). Kemudian konsentrasi disela alis tuk menundukkan sifat rajas yang cenderung membuat pikiran liar berkelana. Selanjutnya ketiga arah bidikannya kearah Roh didalam hati tuk menundukkan sifat kebaikan(satwam) yang cenderung mengaku-ngaku baik. Dengan ditundukkannya ketiga sifat alam tersebut maka saat itulah hati terbuka dan cahaya Roh jadi memancar dari dalam hati. Sekiranya pikiran yang demikianlah senjata utama dari sosok dewa siwa tersebut.. 11. Gendang damaru Gendang dewasiwa disebut damaru. Gendang tersebut selalu disertakan oleh dewasiwa. Gendang itu merupakan alat musik yang biasa dibunyikan oleh dewa siwa sehabis meditasi tuk menghibur diri. Gendang kepanjangannya “gemar dendangkan lagu-lagu rohani. Damaru kepanjangannya “damai bawa perubahan”. Dalam hidup ini agar ada rasa damai dan ada perubahan kearah yang lebih baik sekiranya seseorang selain berjapa dan meditasi penting juga gemar dendangkan lagu rohani. Dendangkan lagu rohani membuat perasaan damai dan perubahan mental jadi lebih terang. Gendang melambangkan tubuh manusia yang ada kulit berupa dua gendang telinga dan didalamnya ada ruang hampa iaitu Atma itu sendiri.. Orang menekuni kerohanian biasanya mereka akan dipukuli dengan berbagai kata-kata. Pukulan kata-kata itu menggugah Roh yang ada dihati tuk mengeluarkan sabda-sabda seperti suara gendang yang dipukul. Sabda sabda itu dapat berupa keluarnya ide-ide, inspirasai atau wawasan yang membuat seorang meditator bisa keluarkan kata-kata berupa pegetahuan atau wawasan. 12. Terompet. Terompet merupakan alat yang dapat menghasilkan atau mengeluarkan suara. Terompet merupakan simbol seorang penekun rohani yang dipilih oleh alam rohani yang sebagai alat untuk menyampaikan kebenaran Rohani. Seseorang yang dipilih dan digembleng oleh alam rohani untuk menyuarakan pengetahuan rohani. Trompet kepanjangannya “trobosan modern, pemberita terang”.” Seseorang yang dijadikan alat oleh alam rohani tentu mereka mampu bikin terobosan modern atau baru dan sebagai pemberita yang terang, jelas dan ilmiah.. 13. KENDI Kendi merupakan simbol pikiran dan akal budi seorang penekun rohani murni yang berperan sebagai wadah. Air ilmu pengetahuan yang berupa wawasan akan tertampung pada orang yang menekuni kerohanian. . Pengetahuan rohani tersebut kemudian dipakai memberikan siraman rohani atau berkotbah. Kendi kepanjangannya “kenali jati diri”. Seorang penekun rohani adalah orang yang kenali jati diri iaitu ROH atau ATMA. Roh itu digambarkan bagaikan air . Roh dihati itulah air kehidupan atau disebut tirte amerte. Karena air kehidupan bila pikiran masuk pada roh maka roh akan memberi kesegaran. Mental jadi segar dan tenaga jadi segar jika pikiran meneguk roh sebagai tirta amerta. Seorang penekun rohani harus mengenali adanya Roh dihatinya sebagai sang jati diri abadi agar kesadarannya tidak haus. 14. AIR MANCUR DIKEPALA Air mancur yang keluar diujung rambut dewa siwa itu simbol akal cair, pengetahuan rohani keluar daripikiran seorang penekun rohani. bagaikan putaran mesin pompa air yang dapat mengalirkan air. Dalam hal ini japa mantra itu dapat mengeluarkan aliran kesadaran rohani yangmembuat akal jadi cair, cerdas sehingga keluar ide-ide atau wawasan. Gangga punya kepanjangan “pegangan/agama”. Dalam hal ini ide-ide , wawasan dan pengetahuan itu bisa dijadikan pegangan hidup atau sebagai ajaran agama. Ajaran agama itu akan memelihara hidup manusia bagaikan seorang ibu yang memelihara anak-anaknya. 15. LEMBU. Lembu atau sapi putih merupakan binatang yang senantiasa menyertai gambar dewa siwa. Sapi dipanjangkan menjadi “insapi diri” dan kata lembu dipanjangkan menjadi “lembut”. Dalam hal ini penekun kehidupan rohani adalah orang yang insapi dirinya atau orang yang mencapai keinsapan diri sejati. Mereka mengenal jati dirinya iaitu alam rohani sebagai sumber kesadaran atau keinsapan. Mereka juga sadar akan kekurangannya maka dari itu mereka tekun meditasi. Setelah mendapat Pancaran cahaya Rohani dan air kesadaran rohani membuat mereka jadi pribadi yang lembut. Dalam hal ini karakternya yang keras , kasar, kaku perlahan-lahan jadi lembut bila pikirannya sudah menembus alam rohani... Sifat-sifat yang insap sadari diri semacam inilah yang berguna untuk menciptakan perubahan kearah yang lebih baik. Mereka bagaikan sapi-sapi yang bisa dipakai merombak tanah sawah yang keras agar jadi lembut sehingga bisa ditanami padi dan tanaman lainnya. 16. WARNA BIRU Warna biru dari penggambaran kulit dewa siwa merupakan simbol budi murni dari penekun spiritual sejati. Budi murni tercapai setelah sejumlah memori dipikirannya ludes terbakar ditelan oleh nyala api rohani. Budi murni itu bagai langit biru karena dilangit sudah tidak ada awannya. Berjapa mantra, bermeditasi itu proses untuk pemurnian akal budi yang membuat kegelapan pikiran jadi lenyap. Disaat budi murnilah cahaya Atma memancar bagai matahari bersinar terang. Dalam kondisi budi murni cakrawala luas dan pandangan jadi terang serta ilmiah. 17. KAILASA. Kailasa secara mitos merupakan puncak gunung tempat dewa siwa bermeditasi. Tempatnya ada disekitar pegunungan himalaya, india. Kata kailasa dipanjangkan menjadi “karena ikhlas diperasaan.”. Hal ini dapat diterangkan agar iman sampai dipuncak iaitu pikiran menemukan cahaya Atma, modalnya karena ikhlas diperasaankeikhlasan saja. Mengejar duniawi seperti orang kebanyakan rasanya gelap, tak ada kepastian. Karena itu ikhlaskan saja dan gunakan hidup untuk bermeditasi saja.. Apapun yang dirasa berat akhirya diikhlaskan saja agar hati damai dan tetap bisa menekuni kerohanian. Jadi meditasi itu bisa terlaksana karena ikhlas diperasaan. Ikhlas menerima kenyataan hidup dan memilih menggunakan hidup tuk meditasi serta ikhlas tidak memikirkan sukses. Melainkan jalani saja meditasinya. Soal sukses itu urusan sang waktu saja.. LINGGAM SIWA Linggam siwa bentuknya berupa batu bulat atau benda bulat seperti bulat telur. Warnanya ada yang hitam , berwarna kuning emas atau bisa berwarna putih. Yoninya dibuat sedemikian rupa agar bola lingga tersebut dapat diam diatasnya. Bentuk siwa lingga ini banyak dijumpai dibelahan bumi ini sebagai bukti ajaran siwa terbentang luas. Dalam prosesi keagamaan para penyembah siwa akan melakukan ritual pada hari-harti tertentu. Ritual itu masih berlanjut sampai sekarang diaerah India yang sebagai pusat dari ajaran siwaisme.. Di daratan indocina tradisi itu sudah tiada semenjak agama buda berkembang. Ritualnya digantikan dengan ritual pada patung budha. Diindonesia sendiri semenjak islam menyebar tentu ritual itu ditiadakan. Ritual keagamaan semenjak ajaran islam menyebar diganti menjadi ritual mengelilingi ka’bah dan mencium batu hitam. Namanya ritual tetaplah ritual walau berganti-ganti agama. Apapun bentuk ritualnya tetaplah simbol. Dibalik ritual sekiranya maknanya yang utama. Kalau tanpa makna simbol itu tidak terlalu bawa perubahan yang begitu berarti dalam hidup. Linggam sebuah kata dalam bahasa sanskerta artinya lambang, simbol atau tanda. Bentuk linggam yang bulat telur itu simbol Atma atau ROH. Yoni dalam bahasa sanskerta artinya wadah, atau tempat. Dalam hal ini yoni dibuat sedemikian rupa sebagai wadah agar lingga tersebut dapat ditempatkan. Yoni dalam ajaran kerohanian itu simbol pikiran yang tenang, diam atau tak bergerak sama sekali. Pada pikiran yang demikian Atma akan diam atau bercokol. Pikiran yang diam itu sebagai wadahnya. Pada Pikiran yang dipilih sebagai wadah tersebutlah cahaya Atma memancarkan cahayaNya, memancarkan kebajikan, memancarkan kesucian dan memancarkan pengetahuan sejati.. Kehadiran seseorang yang pikirannya sebagai yoni kesebuah tempat atau Rumah maka tempat itu akan jadi tersucikan. Cahaya Atman yang akan menyucikan.. YONI kepanjangannya “yogi murni”. Seseorang yang melakukan yoga yang pikirannya murni demi Atma semata, merekalah disebut yogi murni. Pada seorang yogi murnilah Atma duduk dan memancarkan cahayaNya. Duduknya Atma pada pikiran yogi murni, maka Atma atau Roh akan berperan sebagai terang dunia. Atma bersinar bagai matahari terbit lenyapkan kegelapan dunia.. Pancaran Cahaya Atma pada yogi murni tersebut memberi perubahan besar dalam kehidupan. Sesuatu yang gelap, tahayul , mitos jadi terbuka. Seseorang yang terlahir sebagai yogi murni langka sekali muncul kebumi. Mereka terlahir hanya bila hendak adanya perubahaan peradaban dunia kejamanan baru dan mengahiri kejayaan peradaman lama yang telah kacau. Begitulah kehadiran yogi murni.. Atma memancarkan cahayanya bagai matahari pada seorang yogi murni yang dijadikan yoni atau wadahnya.. Dihubungkan dengan arti kata, maka lingga siwa berarti lambang kebajikan. Lingga siwa hanya lambang kebajikan. Aslinya adalah Roh atau Atma diam bersinar dipikiran yang hening atau diam saat bermeditasi.. Saat itu cahaya Atma langsung memancar menyucikan alam sekitar. KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis persembahkan kehadapan Tuhan Yang Maha pengasih dan Penyayang karena atas kasihNya penulis dapat menyusun buku ini. Buku ini yang berjudul Meditasi dewa siwa sebagai ajaran kerohanian modern isinyanya hanya berupa nilai filsafat dari seluruh astribut dewa siwa. Ajaran meditasi siwa ada pada nilai filsafat astribut tersebut.. Melalui asrtibut tersebut siapapun juga dapat menjadikannya petunjuk untuk menekuni kerohanian. Demikian sekilas dari isi buku ini bagi yang ingin tahu bagai mana ajaran meditasi siwa silahkan selengkapnya baca buku ini. Wanasari 5 Mei 2018 Penulis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FILSAFAT NGABEN

MAKNA HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN SEBAGAI HARI KEMENANGAN DHARMA